Sabtu, 12 Maret 2011

Peta Tata Guna Lahan

Kamis, 10 Maret 2011

Gambaran Umum Non-Fisik



KEGIATAN EKONOMI

Kabupaten Jepara memiliki potensi sumber pendapatan daerah yang besar antara lain melalui pajak daerah dan retribusi daerah. Penerimaan keuangan daerah Kabupaten Jepara berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pada tahun 2001, penerimaan pendapatan pada di Kabupaten Jepara mengalami kenaikan yang sangat besar yang diakibatkan oleh komponen gaji PNS dihitung sebagai penerimaan yang berasal dari dana perimbangan dengan diberlakukannya otonomi daerah. Tingginya rata-rata penerimaan pendapatan tersebut sebagai akibat dari besarnya dana perimbangan yang diterima.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2003-2007 ditunjukkan oleh Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.



PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000
Tahun 2003-2007 (Jutaan Rupiah)

Tahun
Harga Berlaku
Harga Konstan 2000
2003
4.010.481,69
3.146.888,74
2004
4.383.716,47
3.272.718,72
2005
5.018.164,13
3.411.159,69
2006
5.677.316,96
3.554.051,12
2007
6.468.910,34
3.722.617,83
Sumber : PDRB Kabupaten Jepara,2007


Dari data tabel diatas terlihat bahwa PDRB Kabupaten Jepara pada tahun 2007 atas dasar harga berlaku sebesar 6.468.910,34, hal tersebut berarti selama kurun waktu lima tahun PDRB Kabupaten Jepara mengalami peningkatan 2,30 kali. Sedangkan jika dilihat PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 3.722.677,82 PDRB Kabupaten Jepara mengalami peningkatan 1.32 kali.

Perkembangan PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Berlaku
dan Konstan 2000 Tahun 2003-2007

Sumber : Pengolahan Data Sekunder Kelompok 1, 2011


PDRB Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Jepara Tahun 2003-2007

NO
Lapangan Usaha
KABUPATEN JEPARA
2003
2004
2005
2006
2007
1
Pertanian
792.332,95
809.671,47
844.812,04
850.186,98
862.931,13
2
Pertambangan dan Penggalian
15.247,48
16.507,63
17.844,75
19.265,19
20.617,61
3
Industri Pengolahan
873.110,09
901.589,32
931.381,96
977.008,57
1.033.624,52
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
18.887,87
21.687,24
23.328,22
24.504,54
26.158,84
5
Bangunan
126.399,76
141.938,91
157.836,02
175.324,21
189.805,98
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
700.875,22
721.304,63
748.785,34
771.685,93
807.572,47
7
Pengangkutan dan Komunikasi
173.894,49
179.625,72
186.349,48
194.937,19
202.800,26
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
172.080,99
189.182,63
199.311,83
218.489,65
231.595,61
9
Jasa - jasa
274.009,73
291.192,17
301.509,83
322.648,85
347.571,40

Total
3.146.838,58
3.272.708,72
3.411.159,47
3.554.051,11
3.722.677,82
Sumber : PDRB Kabupaten Jepara, 2007

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sector unggulan yang ada di Kabupaten Jepara adalah lapangan usaha industri pengolahan yaitu laju pertumbuhan sebesar 7,45% pada tahun 2003, 8,26% pada tahun 2004, 8,10% pada tahun 2005, 7,96% pada tahun 2005 dan 7,02% pada tahun 2007 pada total PDRB tiap tahunnya. Sedangkan sektor pertanian menempati peringkat kedua dengan laju pertumbuhan sebesar 12,54% pada periode 2003-2007.
Permasalahan pokok dibidang makro ekonomi Kabupaten Jepara adalah walaupun pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita mengalami peningkatan, namun masih relatif kecil sehingga belum dapat menambah lapangan pekerjaan untuk menyerap pengangguran yang masih besar.
Permasalahan pokok berkaitan dengan keuangan daerah adalah masih kecilnya rasio kemandirian keuangan daerah yang hanya mencapai rata-rata sebesar 14,5% dari seluruh pendapatan Daerah, dari sisi pengeluaran sebagian besar masih digunakan untuk mencukupi kebutuhan rutin.

SUMBER DAYA MANUSIA, SOSIAL, DAN KEPENDUDUKAN


Berdasarkan data di atas menunjukkan pertumbuhan penduduk tiga tahun terakhir (2003-2005) cenderung menurun, namun dengan angka sementara (2006) ternyata terjadi pertumbuhan yang meningkat. Proporsi jumlah penduduk perempuan sampai dengan tahun 2004 lebih besar daripada laki-laki.


Dapat dilihat dari tabel di atas, penyebaran penduduk Kabupaten Jepara yang terpadat berada di wilayah Kecamatan Jepara dan yang terendah adalah Kecamatan Karimunjawa. Tingkat kemakmuran dan gambaran sosial ekonomi masyarakat dapat ditentukan oleh tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah. Akan tetapi belum semuanya dapat dibenarkan, karena tingkat kepadatan Kabupaten Jepara tergantung pada potensi yang dimiliki dan kemampuan penduduk di Kabupaten tersebut dalam memanfaatkan potensi yang ada. Jika daerah tersebut dapat memanfaatkan potensi daerah yang dimiliki dengan baik dan maksimal, maka daerah tersebut dapat menjadi daerah yang makmur dan gambaran sosial ekonomi yang maksimal walaupun mempunyai tigkat kepadatan yang rendah.

PERDAGANGAN
Prospek perdagangan di Kabupaten Jepara cukup baik, dari data yang telah diperoleh jumlah pengusaha kecil pada tahun 2006 sebanyak 9.608 dan jumlah pengusaha menengah sebesar 613 orang. Perdagangan di Kabupaten Jepara dibedakan menjadi dua yaitu perdagangan di dalam negeri dan ke luar negeri. Produk Kabupaten Jepara yang diperdagangkan pada tingkat lokal maupun regional berupa tenun ikat troso dari sutra dan katun (sarung, sprei, korden, bahan baju), produk kerajinan daerah (mebel, ukiran, monel), industri pertambangan (batu gamping, pasir dan marmer). Sedangkan produk Kabupaten Jepara yang diekspor terdiri dari mebel, ukiran, kayu, kerajinan emas putih (monel) dan kerajinan anyaman (rotan dan bambu). Industri mebel ukir yang yang berada di Kabupaten Jepara  menjadi industri andalan Jepara, dan sudah menjadi produk unggulan Jawa tengah dan Nasional serta mampu menerobos pasar di 58 negara. Di samping itu yang tak kalah membanggakan adalah keberadaan logam monel dalam bentuk kerajinan emas putih, juga telah merambah pasar ekspor, yaitu Timur Tengah dan Eropa.

PERINDUSTRIAN
Kabupaten Jepara memiliki beberapa keunggulan komparatif antara lain jumlah tenaga kerja sektor industri mebel sangat besar, sedangkan keunggulan kompetitifnya antara lain kualitas produk industri yang sudah dikenal di manca negara. Jenis industri yang berkembang dan merupakan komoditi unggulan, antara lain kerajinan mebel, tenun ikat troso, konveksi, keramik/gerabah.

PARIWISATA
Kabupaten Jepara mempunyai potensi pariwisata yang sangat lengkap apabila dibandingkan dengan daerah lain. Beberapa potensi pariwisata yang dimiliki Kabupaten Jepara antara lain meliputi: Taman Nasional Laut Karimunjawa, Pantai Kartini, Pantai Bandengan, situs-situs sejarah dan lain sebagainya. Untuk meningkatkan pendapatan dalam bidang kepariwisataannya, Kabupaten Jepara perlu meningkatkan sarana prasarana yang dimiliki yang dapat membuat wisatawan menjadi semakin nyaman dan lama tinggal di lokasi. Sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan yang ada belum maksimal, baik diobyek wisata yang ada di Jepara terutama di Taman Nasional Laut Karimunjawa yang telah menjadi icon kepariwisataan unggulan di Jawa Tengah. Penyediaan sarana prasarana dan fasilitas penunjang diharapkan akan memperbesar peluang investor untuk menanamkan modalnya di Karimunjawa.

PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Dalam hal pertanian, Kabupaten Jepara dapat meningkatkan hasil pertanian dari tahun 2001 hingga tahun 2005. Akan tetapi pada tahun 2006 mengalami penurunan karena jumlah konsumsi yang meningkat tidak dimbangi dengan luas areal produksi yang menurun. Hal tersebut menyebabkan jumlah produksi berkurang. Sementara itu sektor pertanian jenis komoditi potensial tanaman bahan makanan unggulan Kabupaten Jepara yang dapat dikembangkan adalah buah-buahan, padi, sayur-sayuran, kacang tanah, dan ketela pohon.
Komoditi potensial peternakan di Kabupaten Jepara yang memiliki nilai produksi cukup besar adalah: ayam, kambing, sapi, dan kerbau. Dalam pengembangan sektor pertanian dirasakan masih kurang investasi di bidang agro industri. Permasalahan umum pertanian dan peternakan adalah secara ekonomis, peranan sub sektor ini cenderung meningkat walaupun tidak terlalu signifikan, namun sektor ini tetap merupakan lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja cukup besar.

KEHUTANAN
Jenis komoditi kehutanan yang memiliki nilai produksi terbesar adalah kayu bakar rakyat, bambu, kayu hutan rakyat, dan arang rakyat. Sedangkan untuk perkebunan, komoditi unggulannya adalah kapuk randu, berturut-turut kemudian kelapa, tebu, karet, jambu mete dan coklat.

PERIKANAN DAN KELAUTAN
Komoditas andalan sektor perikanan dan kelautan dari hasil tangkapan ikan di laut adalah ikan tongkol, ikan kembung, dan ikan teri. Sedang untuk produksi budidaya perikanan darat adalah ikan bandeng dan udang. Permasalahan yang masih dihadapi pada sektor perikanan dan kelautan adalah kondisi fluktuatif, hal ini dapat disebabkan antara lain karena Daya Dukung Lingkungan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dan sudah terjadi gejala overfishing pada jalur I daerah penangkapan ikan di laut.

SOSIAL BUDAYA DAERAH
Sejarah Jepara menunjukkan bahwa pada tahun 1470 Jepara merupakan kota pantai yang baru dihuni oleh 90-100 orang serta dipimpin oleh Aryo Timur. Dengan ketekunan, keuletan, ketabahan dan kegigihannya, Aryo Timur berhasil mengembangkan kota pantai kecil yang dikelilingi benteng berupa kayu dan bambu ini, menjadi sebuah bandar yang cukup besar. Di Kabupaten Jepara saat ini terdapat empat situs bersejarah. Kebesaran Kabupaten Jepara pada masa lalu serta potensi sosial budaya dan ekonomi yang dimiliki, saat ini dihadapkan pada perubahan yang dinamis dalam konteks globalisasi pada satu sisi, dan kecenderungan menguatnya semangat otonomi daerah pada sisi yang lain, menuntut adanya paradigma pembangunan yang adaptatif terhadap dua kutub kecenderungan tersebut sebagai upaya untuk menempatkan Kabupaten Jepara tetap menjadi Kabupaten yang terkemuka dan diminati lebih banyak wisatawan.

PENDIDIKAN
Pengembangan pendidikan yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Jepara bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), karena SDM merupakan subyek atau pelaku dari pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu apabila suatu daerah memiliki SDM yang baik, maka SDM tersebut dapat menentukan karakter dari pembangunan ekonomi, sosial dan budaya daerah. Sejak pendidikan menjadi kewenangan wajib daerah, Kabupaten berwenang dalam jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) serta pendidikan menengah (SMU/SMK/MA). Berdasar hal tersebut Kabupaten Jepara pada 5 tahun kedepan akan memajukan pendidikan dalam semua tingkatan, maupun penyediaan sarana dan prasarana pendukung pendidikan, baik fisik maupun non fisik. Dalam rangka memajukan pendidikan, Kabupaten Jepara akan secara bertahap memenuhi anggaran pendidikan sesuai amanah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sebesar 20%. Provinsi Jawa Tengah baru akan menerapkan anggaran pendidikan 20 persen pada tahun 2008, sedangkan Pemerintah Pusat pada tahun 2009. Untuk melihat perkembangan urusan pendidikan pada lima tahun berjalan (2002-2006).

KETENAGAKERJAAN
Menurut kantor Dinas Tenagakerja, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Jepara, banyaknya pencari kerja yang terdapat sampai dengan tahun 2009 sebanyak 23.859 orang, sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan Sarjana Muda ke atas (59,46 persen), setingkat SLTA (37,26 persen) selebihnya (3,28 persen) berpendidikan setingkat SD dan SLTP.
Tahun 2009 telah terjadi penyusutan kontribusi sektor industri. Penduduk Kabupaten Jepara berdasarkan lapangan usaha (sektor) dari data hasil Susenas 2009 sebagian besar berusaha / bekerja di sektor Industri (39,59 persen) dan Pertanian (20,28 persen), selebihnya berusaha / bekerja di sektor Pertambangan, Listrik, Konstruksi, Ke-uangan dan Jasa-jasa.

PEMERINTAHAN 
Sampai dengan tahun 2005, secara administratif Kabupaten Jepara terbagi atas 14 wilayah Kecamatan dan 183 desa. 


KEPEGAWAIAN DAN KELEMBAGAAN
            Jumlah aparatur Pemerintah Kabupaten Jepara tahun 1995 sebanyak 2.558 pegawai, tahun 2005 menjadi 8.763. Peningkatan tersebut karena terjadi pelimpahan pegawai dari instansi vertikal. Dari sisi kelembagaan, terjadi perubahan Stuktur Organisasi dan Tata Kerja, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

POTENSI WILAYAH
Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena terdapat sentra kerajinan ukiran kayu ketenarannya hingga ke luar negeri. Kerajinan mebel dan ukir ini tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan keahlian masing-masing. Namun sentra perdagangannya terlekat di wilayah Ngabul, Senenan, Tahunan, Pekeng, Kalongan dan Pemuda.
Potensi Kabupaten Jepara :
  • Industri Mebel Ukir Jepara. Industri ini tersebar luas di hampir semua kecamatan Jepara, kecuali Kecamatan Karimun Jawa
  • Kerajinan Patung & Ukiran. Sentra Kerajinan ini terdapat di desa Mulyoharjo Jepara. Di sana terdapat lebih dari 90 pengusaha di bidang kerajinan Patung dan Ukiran
  • Kerajinan Relief.Sentra Kerajinan ini terdapat di Desa Senenan, dekat Rumah Sakit Kartini Senenan Jepara.
  • Mebel & Kerajinan Rotan. Kerajinan rotan in terkumpul di Desa Teluk Sidi Jepara.
  • Tenun Ikat Troso (sarung, sprei, korden, bahan baju terbuat deri sutra dan katun). Sentra Tenun ini tersentra di daerah Troso, Pecangaan Jepara.
  • Kerajinan Monel
  • Kerajinan Gerabah Mayong
  • Pariwisata


Sebagai sebuah daerah dengan tingkat kemajuan di bidang industri yang cukup membanggakan pemerintah daerah masih kurang memperhatikan sektor potensial yang sebenarnya sangat berkaitan erat dengan sektor industri dan dapat bersinergi satu dengan lainya, yaitu sektor pariwisata. Konektivitas kedua sektor tersebut terbentuk dalam sebuah simbiosis mutualisme dimana idealnya sektor pariwisata selalu mengikuti peningkatan pertumbuhan sektor industri, karena banyak sekali pasar ceruk (niche market) yang dapat dikembangkan sebagai sebuah industri jasa pariwisata bagi para pelaku bisnis.

Kondisi sektor pariwisata di Jepara berada pada kondisi kurang kreatif, lambat berkembang dalam mengikuti laju perkembangan sektor industri khususnya industri furniture. Hal itu tervisualisasi lewat minimnya pusat perbelanjaan modern sekelas mall, hotel berbintang, café dan pengelolaan obyek-obyek wisata potensial secara lebih profesional dan busines oriented.
 Pariwisata yang dapat dikembangkan di Jepara antara lain pantai Bandengan, kepulauan karimunjawa, Pantai Bondo, Desa Tempur, Pantai kartini, Pulau Panjang, Benteng Portugis dan masih banyak lagi.

Gambaran Umum Fisik

KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF

Kabupaten Jepara, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan ibukotanya Jepara. Kabupaten Jepara terletak di posisi 110° 9' 48,02" sampai 110° 58' 37,40" Bujur Timur dan 5° 43' 20,67" sampai 6° 47' 25,83" Lintang Selatan. Batas administrasi Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut : 

- Utara    : Laut Jawa 
- Selatan : Kabupaten Demak
- Barat    : Laut Jawa
- Timur    : Kabupaten Kudus 

Kabupaten Jepara memiliki luas 1.004,16 km²  dan terbagi menjadi 14 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 183 desa dan 11 kelurahan. wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 Km2), sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 Km2 (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 Km2 (26,30%).
           
Kabupaten Jepara terletak di pantura timur Jawa Tengah, dengan bagian barat dan utara dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. 

Secara topografi, ketinggian permukaan tanah wilayah Kabupaten Jepara berada diantara 0 sampai 1.301 mdpl. Daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara 0 sampai 2 mdpl yang merupakan Dataran Pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0 sampai 1.301 mdpl merupakan Perbukitan Lereng Gunung Muria. Kabupaten Jepara beriklim tropis dengan rata-rata musim penghujan empat sampai lima bulan dan musim kemarau antara tujuh sampai delapan bulan dalam setahun, dengan suhu rata-rata antara 21,55oC sampai dengan 32,71oC.


SUMBERDAYA ALAMIAH DAN LINGKUNGAN

Kabupaten Jepara menorehkan prestasi gemilang pada isu lingkungan di Jawa Tengah. Dari standar minimal 50 persen, Kabupaten Jepara mampu menutup lahan kritis seluas 13.000 hektar cagar alam atau 63 persen dari total lahan kritis yang ada. Termasuk di dalamnya adalah kawasan pulau kecil dan pantai seperti Pulau Panjang.  Sedangkan di tingkat nasional, Jepara menempati peringkat kedua setelah kabupaten Pacitan, Jawa Timur, dalam hal kemampuan menutup lahan kritis mencapai.  Daerah tersebut menutup 71 persen lahan kritisnya.Hal ini diungkapkan Bupati Jepara Drs. Hendro Martojo, MM.
Untuk meningkatkan keberhasilan tersebut, Pulau Panjang yang terletak di sebelah barat obyek wisata bahari Pantai Kartini dijadikan pusat peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) tahun 2010 tingkat Kabupaten Jepara. Sementara itu, Kabupaten Jepara pada tahun ini juga merupakan salah satu dari sepuluh daerah peraih penghargaan Kabupaten Peduli Ristek. Prestasi diraih melalui pengembangan kacang organik di Desa Suwawal Timur, Lebak, dan Bulungan (SULEBU). Luas budidaya di desa-desa yang masuk kecamatan Pakisaji mencapai 250 hektar.
Kepala Dinas Kehutananan dan Perkebunan Kabupaten telah melakukan  pelepasan aneka satwa di kawasan konservasi pulau Panjang dimaksudkan untuk mengembalikan pulau tersebut sebagai mana aslinya. Beberapa tahun silam banyak ditemui beragam satwa burung yang hidup disana, untuk itu mereka berharap  penambahan satwa di kawasan konservasi bisa memberikan kenyamanan bagi pengunjung saat berada di lokasi wisata tersebut. Selain itu, mereka juga melarang kepada masyarakat untuk tidak mengambil dan memburu satwa yang ada di kawasan konservasi pulau panjang. Dengan begitu Sumber Daya Alam (SDA) Hayati dan ekositem di Jepara tetap terjaga.  


INFRASTRUKTRUR DAN FASILITAS

Penyehatan Lingkungan. Volume sampah, baik sampah cair maupun sampah padat, dari tahun ke tahun mengalami kenaikan sejalan dengan makin bertambahnya aktivitas masyarakat. Volume sampah padat tahun 1995 sebesar 145,5 m3, tahun 2005 menjadi 619,5 m3, atau rata-rata bertambah 31,7% per tahun. Jumlah sampah terangkut ke TPA tahun 1995 sebesar 107 m3 (72,2%), tahun 2005 menjadi 502 m3 (81%). Permasalahan persampahan adalah masih rendahnya cakupan pelayanan persampahan dan bertambahnya volume sampah yang didaur ulang serta belum optimalnya tingkat kesadaran masyarakat tentang kebersihan.
Tabel Perkembangan Sampah Kabupaten Jepara
Tahun 1996 – 2005
No
Perkembangan Sampah
Tahun
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
1
Volume sampah/hari–m3
148,5
160
168,5
175
175,5
205
528
619,5
2
Sampah terangkut – m3
107,3
144
152
160
165,5
185
422,5
502
3
Daerah pelayanan – Ha
674
7780
873
1170
2026
2443
3116
4
TPA - buah
1
2
3
4
4
4
4
Sumber: DKPPK Kabupaten Jepara, 2006

Tabel Sarana Prasarana dan Pelayanan Persampahan
Kabupaten Jepara Tahun 1996 – 2005
Jenis Data
Tahun
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
1. Pengangkutan










    • Truk
7
7
7
7
7
8
8
9
9
9
    • Pick Up
4
4
4
4
4
4
4
4
6
6
2. Tempat










Pembuangan









    • Transfer Depo

1
1
1
1
1
1
1
4
4
    • Container
9
13
25
25
28
36
48
60
72
81
    • TPS
12
14
21
24
25
25
33
36
36
39
    • TPA

1
1
2
2
3
4
4
4
4
3. Volume Sampah










    (m3)










    • Terkumpul
148.5


160
168,5
175
175,5
205
528
619,5
    • Terangkut
107,3


144
152
160
165,5
185
422,5
502
4. Tingkat Pelayanan










    • Luas Daerah (ha)
675,5
780,6



673
1770
2026
2443
3116
    • Penduduk (jiwa)
38728
63691



44950
63691
115337
141460
164616
5. Retribusi (juta)










• Sampah
117,7
113,7
74,7
63,1
67,4
84,3
85,7
98,9
101,9
105,3
• Sedot Kakus





5,3
6,1
10,0
11,4
11,3
Sumber: DKPPK Kabupaten Jepara, 2006

Perumahan dan Permukiman. Pola pembangunan perumahan dan permukiman masih selaras dengan prasarana lingkungan yang sudah ada. Dilihat dari kelayakan rumah, tahun 1995 jumlah KK berumah tak layak huni sebanyak 7.801 KK, tahun 2005 menjadi 7.224 KK. Permasalahan pokok perumahan dan permukiman adalah kurang konsistennya pelaksanaan tata ruang, semakin keterbatasan lahan, pertumbuhan rumah tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk, dan keterbatasan kemampuan masyarakat. Disamping itu masih banyak perumahan kumuh serta masih banyaknya bangunan yang menempati tanah negara.

Tabel Perkembangan Keluarga Berumah Tidak Layak
Kabupaten Jepara Tahun 1995, dan 2000 – 2005

Tahun
Jumlah Keluarga Berumah
Tidak Layak
1995
7.801
2000
7.763
2001
6.984
2002
6.984
2003
7.095
2004
7.881
2005
7.224
Sumber: Badan Kesbanglinmas Kabupaten Jepara, 2006

Air Bersih. Jumlah pelanggan PDAM mengalami peningkatan, tahun 1995 sebanyak 4.629 pelanggan, menjadi 17.008 pelanggan tahun 2005. Volume air PDAM yang disalurkan juga mengalami peningkatan, tahun 1995 sebanyak 981.856 m3, menjadi 4.007.989 m3. Data  tersebut menunjukkan bahwa semakin lama tingkat kebutuhan akan air bersih dari PDAM semakin meningkat, baik untuk keperluan rumah tangga ataupun non rumah tangga. Permasalahan pokok air bersih adalah masih banyak penduduk atau rumah tangga yang belum mendapatkan air bersih.

Tabel Jumlah Pelanggan PDAM di Kabupaten Jepara
Tahun 1995 – 2005

Tahun
Jumlah Pelanggan PDAM
Volume Air yang Disalurkan
(m3)
1995
4.629
981.856
1996
5.08
1.473.969
1997
5.651
1.786.007
1998
7.492
2.024.712
1999
8.771
2.544.777
2000
9.601
2.942.996
2001
11.118
3.356.150
2002
12.749
3.854.848
2003
14.213
4.065.898
2004
15,700
3.604.713
2005
17.008
4.007.989
Sumber: Jepara Dalam Angka 1995 – 2005

Pertamanan dan Penerangan Jalan. Perkembangan taman kota dilihat dari luasan taman mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, apabila tahun 1995 seluas 6.200 m2, tahun 2005 sudah mencapai 38.156 m2, mengalami peningkatan rata-rata sebesar 51,5% per tahun. Penerangan jalan umum tersebar di seluruh wilayah, tahun 1995 sebanyak 343 titik dan pada tahun 2005 sebanyak 1.264 titik atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 2,69% tiap tahun.

Tabel Perkembangan Penerangan Jalan Umum Kabupaten Jepara
Tahun 1995 – 2005

No
Pengelolaan dan Pemeliharaan Jalan Umum
Tahun

1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005


1
Kec. Jepara (titik)
184
224
261
296
332
367
403
415
420
614
622

2
Kec. Tahunan (titik)
40
57
73
89
105
122
138
147
150
150
153

3
Kec. Kedung (titik)
7
13
20
27
34
40
47
50
52
55
58

4
Kec. Pecangan (titik)
43
54
64
73
83
94
104
106
108
120
123

5
Kec, Kalinyamatan (titik)
 -
14
16
18
21
24

6
Kec. Batealit (titik)
5
8
12
15
18
22
26
28
30
33
36

7
Kec. Welahan (titik)
11
17
22
28
33
38
43
45
47
50
53

8
Kec. Keling (titik)
15
18
20
22
25
28
31
33
35
38
41

9
Kec. Kembang (titik)
 -
 -
8
10
11
13
16

10
Kec. Mlonggo (titik)
10
12
14
15
17
19
20
22
24
27
27

11
Kec. Bangsri (titik)
11
16
19
23
26
30
33
36
38
42
45

12
Kec. Nalumsari (titik)
16
18
20
23
26

13
Kec. Mayong (titik
17
19
21
23
25
27
30
32
34
37
40


Jumlah Titik
343
438
526
611
689
787
913
958
987
1223
1264

Sumber: DKPPK Kabupaten Jepara Tahun 2006

Permasalahan pertamanan dan penerangan jalan adalah keterbatasan jumlah ruang terbuka di perkotaan, belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan maupun perawatan taman, terbatasnya titik penerangan jalan umum dan pemeliharaan oleh masyarakat.